Pelajaran bisa dari mana saja
BAHKAN DARI SEORANG TUKANG PANGKAS
“Berapa tarif mencukur rambut?
” tanyanya pada seorang tukang pangkas di
bilangan Masjidil Haram.
“Hadaakallah, semoga Allah membimbing Anda. Tidak patut tawar-menawar tarif
dalam urusan haji. Duduklah, bayar sesuai kemudahan Anda!”
“Saya jadi malu” kenang Imam Abu Hanifah.
Imam Abu Hanifah adalah ulama dari Kufah,
Irak. Penduduk di sana biasa bertanya berbagai masalah hukum kepada pemilik
nama asli Nu’man ibn Tsabit ini. Semua masyarakat Irak tahu beliau, meski tidak
kenal wajahnya.
“Saya pun duduk. Wajah ke arah lain.
Bukan menghadap kiblat.” Abu Hanifah meneruskan cerita.
Lalu tukang pangkas memutar tubuhnya
lurus ke arah kiblat,
“Kita sedang dalam rangkaian ibadah.
Setiap ibadah, utama dilakukan menghadap kiblat”
“Saya bertambah malu.” kenangnya.
Saya kemudian memiringkan kepala ke arah
kanan agar ia mulai mencukur bagian kirinya. Tapi, bukannya mencukur. Ia malah
balikkan kepala saya ke kiri,
“Segala jenis ibadah mulai dari sebelah
kanan dulu. Seperti wudhu, membasuh bagian kanan dulu baru kiri.”
“Saya semakin bertambah malu dan
kehabisan kata-kata. Jadi saya hanya duduk diam membiarkan ia bekerja.”
“Kok diam saja?” tanya si tukang pangkas.
“Jadi, saya harus bilang apa?” jawab Abu
Hanifah.
“Takbir, ucapkan takbir! Fakabbirullaaha
‘alaa maa hadaakum. Usai seluruh manasik Anda harus banyak bertakbir.”
“Lalu saya pun membaca takbir.”
Imam Abu Hanifah rahimahullah berangkat
ke dua tanah suci lebih dari 15 kali sepanjang usianya. Selain berhaji dan
umrah, beliau memanfaatkan momentum tersebut untuk bertemu dan belajar dari
para murid sahabat rasulullah saw yang masih hidup.
Akhirnya tahallul pun selesai. Setelah
membayar jasa cukur rambut, beliau beranjak.
“Anda mau kemana?” tanya tukang pangkas
pula.
“Pulang.” jawab Abu Hanifah.
“Shalat dua rakaat dulu, setelah itu
pergilah kemanapun Anda mau!”
Imam Abu Hanifah akhirnya sampai pada
puncak penasarannya,
“Anda pasti seorang ulama!” simpulnya.
“Bukan, saya belajar ilmu ini dari Atha’
ibnu Rabah”
Lalu saya pergi ke Atha’ untuk belajar
dan meriwayatkan hadits darinya.
Atha’ ibnu Rabah adalah seorang berkulit
hitam dari Afrika. Beliau rahimahullah awalnya adalah seorang budak. Tuannya
membebaskan beliau setelah melihat ketaatan dan keteguhannya mencari ilmu.
Gurunya antara lain Abdullah ibn Umar ibn Alkhattab, Abu Hurairah, Abdullah ibn
Zubair. Sangat teguh berdakwah dan mengajar kepada semua orang, mulai dari tukang
pangkas, hingga pedagang di pasar-pasar.
Posting Komentar untuk "Pelajaran bisa dari mana saja"